Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan penggunaan kendaraan listrik terus diupayakan oleh pemerintah, tujuannya utamanya adalah untuk menekan impor bahan bahan bakar minyak (BBM).

Pemerintah pun mengusahakan dengan waktu agar target yang ditetapkan tidak meleset. Komitmen pemerintah untuk mendorong pengembangaan industri kendaraan listrik terdapat dalam Perpres No 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Sementara untuk mempercepat kendaraan bermotor listrik (KBL) berbasis baterai dalam negeri, industri kendaraan bermotor dan komponen kendaraan bermotor, telah mendapat izin usaha industri dapat mengikuti program percepatan KBL berbasis baterai.

Data Kementerian ESDM mencatat Indonesia memiliki potensi mobil listrik pada tahun ini mencapai 125.000 unit dan motor listrik mencapai 1,34 juta unit.

Dengan prospek tersebut, maka diperkirakan dapat mengurangi konsumsi BBM sebesar 0,44 juta kilo liter (kl) per tahun. Sementara untuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 2021 diproyeksikan sebanyak 572 unit dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) mencapai 3.000 unit.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa pemerintah menyiapkan strategi untuk mendorong peningkatan penggunaan kendaraan listrik. Selain itu, pihaknya telah meluncurkan program KBLBB pada 17 Desember 2020 lalu. Program ini menurutnya dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dengan mengurangi impor BBM.

"Yang kita lakukan adalah mendorong percepatan pabrik baterai lebih kompetitif dan menarik bagi investor," jelasnya dalam Raker di Komisi VII DPR RI, Selasa (19/01/2021).

Beberapa pihak yang didorong menggunakan kendaraan listrik yaitu seperti kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta.

Hingga 2025, total prospek penggunaan kendaraan listrik di institusi kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, BUMN hingga swasta diperkirakan bisa mencapai 19.220 unit untuk mobil listrik, sebanyak 757.139 unit untuk motor listrik, dan 10.227 unit untuk bus.

Adapun, total potensi kendaraan listrik nasional yang dapat digunakan pada 2025 bisa meningkat lebih dari dua kali lipat mencapai 374 ribu unit mobil listrik dan motor listrik bahkan diperkirakan naik hampir 10 kali lipat menjadi 11,79 juta unit.

Untuk SPKLU pada 2025 diperkirakan melonjak mencapai sebanyak 6.318 unit dan SPBKLU sebanyak 17.000 unit. Jika dapat terealisasi, maka potensi penghematan BBM bisa mencapai sebesar 2,56 juta kl per tahun.

Pada 2030, prospek kendaraan listrik akan meningkat lebih tinggi lagi di mana mobil listrik diperkirakan bisa mencapai 2,19 juta unit dan motor listrik mencapai 13 juta unit.

Adapun jumlah SPKLU diperkirakan bakal mencapai sebanyak 31.859 unit dan SPBKLU sebanyak 67.000 unit. Dengan demikian, potensi penghematan BBM melonjak menjadi sebesar 6,03 juta kl per tahun.

"Kementerian ESDM susun roadmap sampai 2030. Di 2030 ada total keseluruhan prospek 2,2 juta mobil listrik, 13 juta unit motor dan ada 31.859 unit SPKLU. Dan diharapkan pada 2030 bisa menekan impor BBM sekitar 6 juta kl," ungkapnya. Sementara itu, untuk SPKLU dikabarkan akan dipasang di sejumlah tempat umum, misalnya di pusat perbelanjaan, mal, dan apartemen.